Monthly Archives: Februari 2013

Tanamkan Tauhid dalam Berperilaku

Standar

Mempelajari indahnya Islam bersama PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), akan terasa mendalam ajaran islam ternyata mampu membentuk perilaku sehari-hari, agama yang sempurna.

Islam sejatinya selalu memberikan kemudahan penganutnya untuk taat kepada Allah SWT. Berbagai pendalaman ilmu, setidaknya turut menghantarkan seseorang memahami makna dari perjalanan hidup yang sesaat ini. Penghayatan dari ilmu, yang kemudian akan menjadikan seseorang untuk selalu menebar kebaikan.

Perjalanan mendalami Islam bagi ketua PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) DKI Jakarta H M Syarif Siangan Tanudjaja, bukan hal mudah yang kini ia terus akan jalani. Islam agama kasih sayang, sudah sepatutnya dijalani oleh orang-orang yang menginginkan Islam tetap berjaya.

“Paling penting adalah penghanyatan terhadap tauhid dalam perilaku kita sehari-hari. Tidak saja secara lisan tapi harus dipraktikkan dalam keseharian kita,” kata Syarif yang sejak masuk Islam pada 1975.

Aktifitas Syarif yang cukup strategis, rasanya itu yang ingin terapkan dalam kesehariannya bersama para muallaf lainnya dalam mengajarkan makna Islam sesungguhnya. Diakui Syarif, biasanya mereka yang baru masuk Islam akan sulit diterima orang lain. “Kita ingin para muallaf merasakan indahnya Islam. Kita bimbing tentang berbagai ilmu seperti ketuhanan (tauhid) dan sediakan ruang konsultasi,” jelasnya.

Bersama keluarga, Syarif mengarahkan muallaf untuk memiliki keteguhan iman. Tak jarang dalam satu pekan sekali, ia mengadakan pengajian agar muallaf yakin kalau Islam agama yang sempurna dan selalu mendidik umatnya.

“Semua agama tentu mengajarkan kebaikan. Tapi pandangan agama itu sendiri terhadap tuhan berbeda. Makanya perlu adanya pengajian yakni pendalaman spiritual,” jelas Syarif yang juga ketua Himpunan Bina Muallaf Indonesia (HBMI).

Sementara itu, mengenai seorang muslim dalam kesehariannya, bagi Syarif setidaknya harus mampu menjalankan akidah dengan baik. Menurut Syarif, jika seseorang lemah dalam akidah dipastikan orang bersangkutan tidak memiliki arah hidup.

Di sisi lain, Syarif memiliki tips berbeda agar ia beserta keluarga selalu diberikan ketabahan. Mengenai cobaan yang kala datang, Syarif berkeyakinan seorang muslim harus mampu belajar ilmu ikhlas. Sejatinya apa yang terbaik menurut seseorang belum tentu baik disisi Allah, juga sebaliknya.

“Karena itu ikhlas sangat dibutuhkan dalam sehari-hari. Ketika sakit bisa jadi itu nikmat, untuk kita agar lebih bersyukur,” tukas Syarif suami dari Vera Pangka.

Nama Syarif mungkin tidak terlalu asing lagi di mata para muallaf. Lahir di Cianjur 20 Maret 1950 kini ia bekerja sebagai notaris di Jakarta. Ayah dari Adrian Amar (alm), Kelvin Ikhwan dan Andrew Irfan mulai masuk Islam sejak sekitar 59 tahun Islam.

Perjuangan menginginkan para muallaf memiliki keyakinan memeluk Islam tidak ada paksaan, terus ia jalani bahwa Islam memang agama rahmatan lil allamin. Mengenai adanya seorang pria non muslim menikah dengan wanita muslim, bagi Syarif memang masih ada. Hanya saja dirinya menginkan agar pernikahan dilangsungkan dengan satu keyakinan, bukan masuk Islam ingin menikah tetapi yakin dengan pilihan hati. (ihq)

Wednesday, 04 January 2012 15:22

JANUARI 2012